Sabtu, 31 Mei 2014

RESORT PART 07

 

�Apa?� aku menoleh dan melihat sebuah mobil kecil mengikuti taksi kami. Benar, itu memang mobil dari penginapan. Mengapa mereka mengikuti kami?

Mobil itu semakin dekat dan kami bisa melihat Ryuichi melambai dari kursi depan. Kami berpikir apa mungkin kami meninggalkan sesuatu di penginapan dan meminta sopir taksi untuk berhenti. Ryuichi berhenti tepat di samping mobil kami dan menghampiri kami.

�Kalian tak bisa pulang begitu saja!� katanya.

�Kami takkan pulang,� jawab Shoji, �Kami tak bisa pulang dengan keadaan seperti ini!�

Mereka sepertinya mampu memahami perkataan satu sama lain, namun aku dan Takumi kebingungan. Kami tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

�Hei, apa yang kalian maksudkan?�

�Kalian naik ke sana, kan?� ia menatap langsung ke mataku.

Jantungku berdetak sangat kencang. Bagaimana ia bisa tahu? Aku merasa sangat takut. Aku merasa seperti ketahuan telah melakukan sesuatu yang sangat buruk.

�Ya.� aku menjawab dengan jujur.

Ryuichi menghela napasnya, �Jika kalian pergi seperti ini, kalian hanya akan membawa-nya bersama kalian. Kenapa kalian harus naik ke atas sana? Seharusnya aku dengan tegas melarang kalian untuk naik ke sana.�

Apa yang ia maksud? Membawanya bersama kami? Tapi, bukankah kami sudah mengakhirinya dengan pergi dari tempat itu?

Aku mulai cemas dan menatap Takumi. Namun ia sama cemasnya dengan kami. Ia menatap Shoji dan Shoji akhirnya berkata.

�Tak apa-apa, teman-teman. Kita akan diruwat. Kita akan membicarakannya ketika kita sudah sampai di sana.�

Diruwat ? Semacam upacara? Aku tak mempercayainya. Apa kami kerasukan? Apa aku akan mati? Sial...sial! kenapa aku harus naik ke sana? Jika kami memang tak boleh naik sana, seharusnya sejak awal mereka mengatakannya kepada kami!

Perkataan Shoji sama sekali tak membuat Ryuichi terkesan.

�Upacara penyucian?� tanyanya.

�Ya.� jawab Shoji dengan singkat.

�Kau bisa melihatnya, ya kan?� tanya Ryuichi lagi.

Shoji terdiam.

�Tunggu, apa yang kau lihat!� Takumi menuntut penjelasan.

�Maafkan aku, tapi tolong jangan tanyakan itu padaku.�

Tanpa berpikir, aku segera meraih Shoji dan mengguncang-guncangkan tubuhnya, �Demi Tuhan! Apa yang terjadi! Katakan pada kami!�

Ryuichi berusaha memisahkan kami, �Hei, hentikan! Seharusnya kalian berterima kasih kepadanya.�

�Tapi ia tak mau mengatakan apa yang terjadi! Kami berhak tahu!� emosiku mulai meninggi.

�Kalian beruntung kalian tak bisa melihatnya.� seru Ryuichi, �Justru Shoji yang dalam masalah sekarang.�

Mendengarnya, wajah Shoji berubah pucat.

�Apa yang sebenarnya terjadi? Aku yang naik ke sana, bukan dia!� seruku.

Ryuchi menjawab, �Kalian berdua tidak melihatnya kan?�

�Kalian terus berbicara tentang melihatnya dan tidak melihatnya. Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?� tanyaku.

�Aku tak tahu.� hanya jawaban itu yang meluncur dari mulut Ryuichi.

�Apa?� teriakku. Bagaimana ia bisa mengatakan hal seperti itu sementara nyawa kami mungkin terancam?

�Aku sendiri belum pernah melihatnya. Namun ....� Ryuichi menatap Shoji, �Walaupun kalian mendapat upacara penyucian, aku pikir itu takkan banyak membantu.�

�Kenapa?� Shoji bertanya dengan tatapan penuh keraguan.

�Sesuatu seperti ini pernah terjadi sebelumnya. Hanya itu yang bisa kukatakan.�

�Tidakkah ... tidakkah kita bisa mencoba? Siapa tahu itu bisa berhasil?� Shoji bersikeras.

�Ya, kalian bisa saja mencobanya. Namun jika itu tak berhasil, apa yang akan kalian lakukan?�

Shoji tak mampu menjawabnya.

�Begitu kau melihatnya, maka hal itu akan akan terjadi sangat cepat.�

Aku sama sekali tak paham apa yang dimaksudkannya datang dengan cepat, namun begitu mendengarnya, Shoji langsung menangis. Takumi dan aku hanya berdiri di sana, tak tahu harus berbuat apa.

Merasa ada sesuatu yang terjadi, sang sopir taksi membuka jendela mobilnya dan memanggil kami, �Apa semuanya baik-baik saja?�

Kami tak mampu menjawabnya. Shoji sudah ambruk di tanah, berlutut sambil menangis. Ryuichi-lah yang kemudian berbicara dengan sopir itu.

�Maaf sudah membawa anda sejauh ini, namun bisakah anda menurunkan mereka di sini saja?�

�Hah? Tapi ...� ia menatap ke arah kami, tak yakin dengan apa yang harus ia lakukan. Ryuichi tak mengindahkan tangisan Shoji dan berbicara kepadanya.

�Kalian tahu kenapa aku sampai mengejar kalian sampai ke sini? Aku mengenal seseorang yang tahu mengapa ini semua terjadi. Aku ingin membawa kalian kepadanya sehingga ia bisa membantu kalian. Kita tak punya banyak waktu. Kumohon, percayalah kepadaku!�

�Ba ... baik ...� Shoji masih terisak. Tampak ia seakan-akan menanggung beban yang sangat berat sendirian di pundaknya. Semenjak kami mulai bersahabat, tak pernah aku melihatnya menangis seperti ini. Mendengarnya menyetujui saran Ryuichi, akupun berbicara dengan sang sopir taksi.

�Maaf, tapi sepertinya kami akan turun di sini saja. Berapa ongkosnya?� setelah membayar, kami masuk ke dalam mobil Ryuichi. Takumi dan aku duduk di bak belakang, sementara Shoji duduk bersama Ryuichi di kursi depan.

Ryuichi melajukan mobil ini secepat setan. Baik aku dan Takumi ketakutan, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang akan kami alami setelah ini.

Aku tak tahu berapa lama kami berkendara, namun sepertinya sangat jauh. Yang kuingat, ketika sampai, punggungku terasa sangat sakit.

Kami akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang tampak sangat normal. Di samping rumah itu berdiri sebuah torii (gerbang kuil) kecil dan tangga batu. Kami berjalan ke rumah itu dan Ryuichi menekan belnya. Setelah beberapa lama, seorang wanita keluar menyambut kami. Ia terlihat masih muda, sekitar 20 tahun.

Ia meminta kami masuk dan mengajak kami ke sebuah ruangan bergaya Jepang di bagian lain rumah tersebut. Di ruangan itu, duduk seorang biksu, seorang pria paruh baya, dan seorang lelaki tua. Ketika kami masuk, sang pria tua mulai berkomat-kamit.

Biksu itu hanya menatap kami ketika kami datang.

�Duduklah!� perintah biksu itu. Kamipun duduk dan Ryuichi duduk di samping kami.

�Ini tiga anak yang saya ceritakan kemarin ...�

�Tunggu!� tiba-tiba sang biksu menyetop perkataan Ryuichi saat ia memperkenalkan kami.

�Apa kalian yakin kalian tak membawa orang lain?� tanya sang biksu sambil memperhatikan lekat-lekat pintu geser kertas yang ada di samping kami.

TO BE CONTINUED

(FOTO) KEMBALI MENGINSPIRASI DI DEPOK




Saat masih berada di Bali untuk kelas inspirasi Bali, saya
mendapatkan email untuk kembali bertugas sebagai fotografer di kelas inspirasi
wilayah Depok. Hmm.. tawaran yang menarik. Secara saya cukup menikmati kegiatan
kelas inspirasi di Bali, maka tawaran Kelas inspirasi Depok pun saya terima.



Ternyata berdasarkan pengundian, saya mendapatkan tugas di
SDN Pondok Cina 1, persis di sebelah

Day trip to Schwerin

 Today Maria, a friendly woman from Stendal, took us along to Schwerin. The weather was fine! A good day for a trip with the train. First we had to wait at the station in Stendal.

Inside the train we found a nice place to sit. The view was great! So our journey started!
After two hours we arrived in Schwerin. Our first stop was the Schwerin castle! At the moment it is used as a parliament building for the parlament of the state Mecklenburg Hither Pomerania.

Near the castle we found a cave. We enjoyed to climb inside it.
 
At the Burgsee we tried to go fishing.
After a log time without a punch, we quit our fishing experiment.
After our fishing disaster we went into the city to drink coffee and eat a cupcake.
It really was a nice day in Schwerin! Thank you Maria to take us with you! 

Kamis, 29 Mei 2014

SAYA INGIN MENJADI GUNUNG

Selasa, 11 Juni 2013, Denpasar, Bali



Mentari pagi masih bersembunyi malu di peraduannya saat saya
dan beberapa teman baru mulai beranjak menuju ke daerah kabupaten Bangli di
pulau dewata, Bali. Hari ini kami turun ke daerah dan beberapa diantara kami
akan menjadi guru selama satu hari di salah satu sekolah dasar di daerah yang berjarak 1,5 jam perjalanan ini. Saya sendiri ditugaskan untuk

Senin, 26 Mei 2014

Back home again

  Today we arrived in Stendal! We were inside this parcel with really a lot of fantastic things...
 Look, what great things we brought with us!
Now we enjoy the next days with doing nothing...

See you soon!

Minggu, 25 Mei 2014

RESORT PART 06

 

�Selamat pagi! Apa kalian tidur dengan nyenyak?� ia selalu menanyakan pertanyaan yang sama tiap pagi semenjak kami tiba. Namun entah kenapa, pertanyaannya kali ini seperti memiliki maksud lain. Aku merasa sangat gugup, jadi Takumi yang menjawabnya.

�Ya, maaf kami terlambat bangun pagi ini.� Ia menepuk bahuku agar maju ke meja makan. Aku terkejut Takumi yang pemarah ternyata bisa bersikap setenang ini setelah apa yang terjadi pada kami. Ia mengatakan bahwa Shoji merasa tak enak badan sehingga tak bisa ikut makan bersama kami. Kemudian ia bertanya apakah Misaki bisa membawakan beberapa onigiri untuknya.

�Oh, tentu saja,� jawabnya dengan nada khawatir, �Jika ia sedang sakit, maka seharusnya ia beristirahat saja.�

Kami kemudian duduk tanpa membicarakan tentang Shoji lagi. Kami tak memikirkan hal lain selain berhenti dari tempat ini.

Selama aku makan, Makiko hanya tersenyum ke arahku. Misaki dan Ryuichi pasti juga merasakan sesuatu yang aneh, sebab mereka hanya menatap bolak-balik antara aku dan Makiko. Aku bertambah gugup, bahkan kadang tak mampu menggerakkan sumpitku. Di lain pihak, Takumi duduk dengan tenang dan menikmati makanannya.

Kami merasa tak nyaman, sehingga kami dengan cepat menghabiskan sarapan kami. Ketika kami selesai, kami kembali ke kamar untuk menjemput Shoji agar kami bertiga bisa segera berpamitan dengan Makiko.

Dalam perjalanan ke kamar, kami mendengarnya sedang berbicara. Tampaknya ia sedang menelepon seseorang. Takumi dan aku tak mau menganggunya, jadi kamu duduk dan menunggunya hingga rampung.

�Ya, harus dilakukan hari ini.� Ia terdiam sejenak, menunggu jawaban dari orang yang diteleponnya. �Oh ... terima kasih ... ya ... ya .... aku akan menanyakannya ... terima kasih.� Kemudian ia menutup teleponnya.

Tampaknya ia sudah merencanakan untuk pergi ke suatu tempat setelah kami menyelesaikan urusan kami dengan penginapan ini. Takumi dan aku merasa tak enak menanyakan urusannya, jadi kami hanya mengajaknya ke ruang makan bersama-sama.

Misaki sedang bersih-bersih, namun Makiko tak nampak. Kemudian aku berpikir, apa ia sedang berada di lantai atas sekarang? Bayangan ia sedang membawa senampan makanan ke lantai dua muncul di benakku. Ia pasti menumpuk makanan yang baru ke atas makanan yang lama setiap hari. Lama-kelamaan ia membuat semacam gunung penuh sampah di sana.

Tapi kenapa? Apa tujuannya? Namun aku segera menghentikan pikiran itu. Satu-satunya yang penting sekarang adalah pergi dari tempat ini secepat mungkin. Ini saatnya mengucapkan selamat tinggal dan melupakan apapun yang kami alami kemarin. Aku harus melupakannya!

Takumi bertanya pada Misaki dimana Makiko berada.

�Oh, Makiko-san sedang menyirami tanaman. Beliau akan segera kembali ke sini,� ia berpaling pada Shoji, �Aku akan membuat onigirinya, tolong tunggu sebentar ya.� Ia tersenyum dengan manis lalu pergi ke arah dapur.

Oh, Misaki yang cantik. Seandainya semua ini tak terjadi, sebenarnya aku ingin mengenalmu lebih jauh.

Kami menunggu Makiko kembali. Ketika ia tiba di ruangan, ia sepertinya sudah tahu ada sesuatu yang salah. Iapun duduk dan menatap kami.

�Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di sini�

Aku menyiapkan diriku dan mulai berkata mewakili yang lain, �Bu, dapatkah kami berbicara sebentar dengan anda?�

�Tentang apa? Kalian tampaknya serius sekali?�

�Ehm. Langsung saja, kami ingin berhenti.�

Ekspresi Makiko tak berubah. Ia terdiam selama beberapa saat. Kami sangat merasa tak nyaman dengan ia diam seperti itu. Tampaknya ia sudah menduga bahwa ini akan terjadi.

Akhirnya, kesunyian pun pecah.

�Oh, aku mengerti. Seperti aku tak bisa melakukan apapun untuk membuat kalian berubah pikiran kan, anak-anak?� ia tertawa sedikit lalu melanjutkan pembicaraan tentang gaji kami dan juga meminta kami membersihkan kamar kami sebelum pergi. Ia meminta kami menghadapnya lagi setelah kami selesai beres-beres.

Setelah percakapan singkat yang cukup menegangkan itu, kami bertiga merasa lega. Namun masih ada sesuatu yang terasa janggal bagiku.

Kami segera bersiap-siap. Kami membereskan barang-barang kami dan membersihkan kamar kami.

Sejak memulai pekerjaan kami, sebenarnya kami tak pernah menghabiskan waktu di kamar ini. Selepas bekerja, biasanya kami akan pergi ke pantai lalu pulang saat malam dan langsung tidur. Untungnya, ini berarti kami tak pernah membuat kamar ini terlalu berantakan dan dalam waktu singkat, kamar ini kembali seperti semula seperti sebelum kami datang.

Setelah kami selesai bersih-bersih, kami memanggil Makiko. Ia, Ryuichi, dan Misaki yang terlihat sedih kemudian duduk bersama dengan kami.

�Kami di sini tak lama,� aku mulai berpamitan dengan mereka, �Namun terima kasih sekali atas segala kebaikan kalian terhadap kami selama kami di sini. Maaf jika kami harus berhenti mendadak seperti ini.� Kami bertiga kemudian membungkuk ke arah mereka.

�Tidak...tidak...justru kamilah yang harus berterima kasih.� Makiko kemudian memberikan amplop kepada masing-masing dari kami, �Ini tidak banyak, tapi kumohon, terimalah! Ini juga ada hadiah untuk kalian.� Ia juga menyertakan sebuah tas kecil, seperti tempat untuk uang koin.

�Jaga diri kalian baik-baik.� Misaki berkata dengan raut wajah sedih, bahkan ia terlihat hampir menangis. Ia kemudian memberikan kami bungkusan berisi onigiri, �Aku membuatnya cukup untuk kalian bertiga.�

Hei, hei ... kumohon, hentikan! Kau akan membuatku menangis! Aku bahkan tak bisa menatap wajahnya lama-lama. Aku bahkan sedikit tercekat, memikirkan kami akan berpisah dengan orang-orang yang sudah begitu baik dengan kami.

Kami mengucapkan selamat tinggal dan keluar dari penginapan itu.

Sebenarnya ada sebuah pemberhentian bus di dekat penginapan itu, namun kami setuju untuk naik taksi saja untuk kembali ke stasiun kereta. Ryuichi bertanya apa kami membutuhkan tumpangan, namun Shoji menolak dengan halus. Misaki kemudian memanggilkan taksi untuk kami.

Ketika taksi itu tiba, Makiko mengantar kami ke mobil. Situsasi saat itu memang tampak seperti perpisahan yang menguras emosi, namun sebenarnya kami sedang mencoba melarikan diri.

Tepat sebelum aku masuk ke taksi, aku menoleh. Aku melihat pintu menuju ke lantai dua sedikit terbuka. Ini aneh, pikirku, Makiko tak pernah membiarkannya terbuka sebelum ini dan selalu menutupnya rapat-rapat. Aku mengalihkan pandanganku dan masuk ke dalam mobil. Kami mengatakan pada sopir kemana kami akan pergi dan ia menyalakan taksinya.

Namun setelah kami berkendara sebentar dan pengiapan itu tak terlihat lagi, Shoji mengatakan pada sang sopir bahwa ia berubah pikiran dan memintanya mengubah arah. Ia memberikan catatan pada sang sopir kemana ia harus pergi.

�Benar kau mau ke sini?� tanya sang sopir dengan ragu, �Ongkosnya akan cukup mahal.�

�Jangan pikirkan itu.� Shoji bersikeras. Ia menoleh dan menatap kami berdua. �Aku harus pergi ke suatu tempat dan kuharap kalian berdua ikut denganku.�

Takumi dan aku menatap satu sama lain dengan bingung. Kemana kami akan pergi? Kami ingin bertanya, namun kami berdua sangat gugup dengan perilakunya yang aneh sejak pagi ini. Ia mungkin akan marah lagi jika kami menanyakannya, sama seperti ia marah pada Takumi tadi.

Namun setelah kami berkendara beberapa saat,

�Hei, mobil itu mengikuti kita. Bukankah mobil itu berasal dari tempat kalian berangkat tadi?�

TO BE CONTINUED

Sabtu, 24 Mei 2014

Flight back home

On friday we leave Buenos Aires. Here we were on the way to the airport.
Infront the departures area.
Our flight was allready on the departures board. We leave Argentina with the Lufthansa again. Our destination was Frankfurt am Main.
And here we saw our big bird get fuel with kerosene. 

Now we have to say bye bye the Argentina!

It was so nice to visit this awesome country!

Rabu, 21 Mei 2014

Our farewell party

 This night we celebrate a big farewell party!
Our host family cooked some tipical Argentine delectability! 
for example some traditional Empanada. That was some kind of hearty pies.
Than we helped to cook a yummy Locro!
Locro is a popular hearty thick stew.

We want to say thank you to all of our new Argentine friends! It was a honor for us to be a part of your life!

Selasa, 20 Mei 2014

On the racecourse

Today we want to visit the racecourse.
Horse racing is very popular in Buenos Aires and several times a week the two racecourse in Palermo and San Isidro open the doors.
We went to the race in Palermo
All horses were presented to interested viewers
  We decided to have a flutter
Here is the lucky bill
And off we went!

But unfortunately we had no luck.
We backed the wrong horse...
But it was a big fun!

Senin, 19 Mei 2014

Next to Cristina Fern�ndez de Kirchner and Michelle Bachelet

Today we did another sightseeing tour in Buenos Aires. But the wether was not so nice. It was a rainy day...
In a shopping mall we found the whole soccer jersey of the Argentina national soccer team! We cross fingers for you! But Germany will be better ;-)
And then something special happened! We saw the first lady of Argentina!
The lady in black is Cristina Fern�ndez de Kirchner. She is the 52nd and current President of Argentina! Next to her is Michelle Bachelet the President of Chile! 

Wow! that was a big honor for us!!

Minggu, 18 Mei 2014

Buenos Aires at night

Tonight we were on the streets of Buenos Aires.
Many historic buildings are illuminated at night.
The Puente de la Mujer, in the Puerto Madero district, is a pedestrian bridge opened in 2001. It was designed by Valencian architect and engineer Santiago Calatrava. The bridge is 160 meters long and 6 meters wide, with a metallic mast that rises 39 meters. The bridge swings aside when a ship needs to pass through. The bridge was built in Spain and moved in parts to Buenos Aires in many shipments. Artistically, the author states that the work represent the figure of a couple dancing tango, where the white mast represents the man, and the curved silhouette of the bridge represents the woman.
And now we are next to this nice bridge!

Sabtu, 17 Mei 2014

RESORT PART 05

 

Ia masih bisa melihatnya? Apa yang ia lihat?

Aku menoleh, namun tak ada apapun di sana. Hanya pintu geser yang terbuat dari kertas, itupun dalam keadaan tertutup.

Aku tak mengerti apa yang ia bicarakan. Sama sekali tidak. Aku berpikir ia sudah kehilangan akal sehatnya. Atau mungkin ia dirasuki oleh sesuatu.

�Aku memang berada di bawah saat itu, namun aku melihat sesuatu.� mulutnya gemetaran, namun ia berbicara dengan sangat jelas.

�Maksudmu kau melihat apa yang kulakukan di atas? Dengan sampah-sampah itu?�

�Tidak ... ya ... maksudku aku memang melihatmu. Namun bukan itu saja. Begitu kau sampai ke atas, aku bisa melihatnya dengan jelas ...�

Jujur, sebenarnya aku sama sekali tak mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Apa yang kualami kemarin saja sudah sangat seram. Namun tampaknya Shoji sudah tak mampu memendamnya lagi, ia harus menceritakannya pada orang lain. Ia dan Takumi mendengarkan dengan serius ceritaku kemarin dan itu membantuku. Kini, aku harus mendengar apa yang harus ia katakan.

�Apa yang kau lihat?� aku bertanya, walaupun aku sendiri takut dengan kebenarannya.

�Bayangan ...� ia bergumam, seolah-olah sedang bicara dengan dirinya sendiri.

�Bayangan?� tanyaku lagi.

�Ya,� ia mengangguk, �Pertama kupikir itu bayanganmu. Namun ketika kau berjongkok di lantai dan mulai memakan... yah, itu ... bayangan itu masih tetap bergerak. Aku melihat bayanganmu menciut ketika kau jongkok dan bayangan kami juga tak sampai sejauh itu. Namun bayangan-bayangan itu .... mereka bergerak. Mungkin ada tiga atau empat dari mereka.�

Aku merinding di sekujur tubuhku.

Ini pasti sebuah lelucon! Namun Shoji nampak serius.

�Namun hanya ada aku di sana.� kataku.

�Aku tahu ...� kata Shoji.

�Selain itu,� kataku lagi, �Tak mungkin tempat sesempit itu bisa menampung hingga empat atau lima orang. Hanya ada cukup ruangan untukku sendiri di sana.�

�Mereka bukan manusia. Aku cukup yakin hal itu.�

Aku hanya terdiam, tak mampu menyangkal pernyataan itu.

�Tak mungkin mereka manusia ...� ia kembali bergumam.

�Lalu apa mereka itu?�

�Mereka semua terjebak di dinding.�

�Hah?� aku tak mengerti apa yang ia coba katakan.

�Mereka semua seperti laba-laba.� Ia menjelaskan, �Mereka semua bergerak menjalari dinding. Seperti laba-laba.� Napasnya menjadi terengah-engah ketika ia mencoba menjelaskan.

�Tenanglah,� kataku, �Ambil napas dalam-dalam, oke? Semuanya baik-baik saja sekarang. Kami ada di sini untukmu.�

�Mereka bukan manusia,� ia terus berkata, �Tidak, mereka bukan manusia! Bahkan bayangan mereka tak seperti manusia. Ehm ... mereka sedikit tampak seperti manusia, namun ada yang ganjil ...�

Ia tampak seperti ingin mengatakan sesuatu, namun tak mampu menemukan kata yang tepat. �Sesuatu dengan bentuk seperti bayangan manusia menjalari dinding. Seperti itukah yang kau lihat?�

Shoji mengangguk dengan enggan. Jantungku berdetak dengan kencang. Oke, bayangan yang ia lihat jelas bukanlah bayanganku. Tidaklah mungkin bayanganku bisa bergerak di sepanjang dinding dan langit-langit seperti yang ia deskripsikan. Bahkan jika mereka memang bayangan, mereka pasti berasal dari sesuatu kan? Dan tak ada siapapun selain aku di sana.

Dan jika mereka memang ada, mengapa aku tak menyadari mereka menjalar di sekelilingku saat itu?

Namun bagaimana jika aku salah?

Bagaimana jika suara napas dan garukan itu yang kudengar saat itu tak berasal dari balik pintu?

Mungkinkah saat itu mereka ada di sekelilingku?

Aku menjadi pusing oleh rasa takut. Kini aku mengerti mengapa Shoji meminta maaf padaku tadi. Ia melihat bayangan-bayangan itu di sekelilingku, namun ia tak mampu menolongku.

�Ma...maafkan aku tadi berteriak kepadamu.� Ia meminta maaf pada Takumi.

�Tidak apa-apa,� kata Takumi, �Justru aku yang harus minta maaf.�

Suasana menjadi canggung dan kemudianTakumi menanyakan sesuatu yang memang menggangguku sejak tadi.

�Kamu bilang kamu masih bisa melihat mereka?� tanyanya pada Shoji.

Shoji segera menjawab, �Oh, maaf.� Terlihat jelas ia memasang senyum palsu di wajahnya, �Aku hanya meracau tadi. Maaf, aku baik-baik saja.�

Terlihat jelas bahwa ia sedang berbohong. Matanya terlihat terfokus pada sesuatu selain kami. Sesuatu yang ada di kamar ini.

Aku tak tahu, tapi apa yang mengangguku adalah otot di bawah mata tampak berkedut. Hal itu terlihat sangat aneh. Seakan-akan ia memperhatikan sesuatu.

Namun baik aku maupun Takumi tak mau bertanya lebih jauh. Silakan anggap aku pengecut, namun aku memang sangat ketakutan saat itu dan tak mampu bertanya lebih jauh lagi. Aku tahu Shoji sedang menyembunyikan sesuatu. Namun aku juga terlalu takut untuk mengetahui jawabannya. Ini semua bisa membuatku gila!

Setelah kesunyian sejenak, kami mendengar Misaki, gadis muda yang tinggal di rumah ini, memanggil kami. Sarapan sudah siap. Kami ternyata sudah menghabiskan waktu cukup lama dalam perbincangan tadi.

Sebenarnya aku tak memiliki selera makan sedikitpun pagi ini, namun akan terlihat buruk jika kami tidak muncul untuk sarapan. Kami harus pergi. Jadi aku berdiri dan berkata kepada yang lain.

�Secepatnya kita pergi, semakin baik.� aku memulai, �Aku akan mengatakan bahwa kita berhenti setelah sarapan.�

�Ide yang bagus.� Takumi mengangguk.

�Aku tak mau makan,� kata Shoji, �Takumi, kau membawa laptop kan? Bisakah aku meminjamnya sebentar?�

�Silakan, tapi kau harus makan sesuatu!�

�Ada sesuatu yang ingin kucari,� ia bersikeras, �Aku tak punya banyak waktu. Maaf, tapi kalian berdua silakan makan duluan tanpa aku.�

�Baiklah,� jawabku, �Aku akan meminta Misaki membawakanmu beberapa onigiri.�

�Terima kasih.�

�Komputernya ada di tasku,� kata Takumi, �Gunakan saja semaumu. Seharusnya komputer itu sudah terhubung dengan internet.�

Takumi dan aku pergi ke ruang makan untuk menyantap sarapan kami. Aku hanya ingin berperilaku senormal mungkin pagi ini agar sang pemilik hotel tak curiga. Jadi kami pergi ke ruang makan dan di sana sudah duduk Makiko-san, menunggu kami.

Sejenak ia melihat luka-luka di kakiku, kemudian tersenyum lebar ke arahku.

TO BE CONTINUED

Original Argentine steak house

Today we visit an original Argentine steak house.
And it was so yummy!

Kamis, 15 Mei 2014

On the way back to C�rdoba

The days in Iguaz� are over here we are with our passport. We collected a lot of entry stamps and exit stamps.
Now we got our bording pass back to C�rdoba.
Aerol�neas Argentinas is our airline on the way back to C�rdoba.
We love to flight! The view is always impressive!
Next post will be from C�rdoba.

Bye bye frinds for the moment!

Three-Country Point

 Today we visit the Three-Country Pnaturaloint of the Argentine side.
Here are all three flags of the countries.
This is the river Iguaz� which is natural border.

The  river Iguaz� is ending as the well known Iguaz� falls.
Wow we are totaly impressed!

Senin, 12 Mei 2014

Parque das aves

Today we visit the "parque das aves" a special zoo only for birds.
  We saw lots of parrots, flamingoes and cockatoos.
But for the most typical bird of South America we have to climb...
And here is the beauty of the rainforest! The toucan!