Minggu, 02 November 2014

CREEPYPASTA #2: 5.5

 

�5.5�

Penulis: Niko Kurri

hitchhiker

Creepypasta ini berkisah tentang seorang pria yang kehidupannya berubah drastis setelah ia mengangkut seorang penumpang misterius di tengah malam.

 

Engkau sedang berkendara di tengah malam ketika kau melihat seseorang sedang mencari tumpangan. Kau memutuskan untuk berhenti. Pemuda itu menyalamimu dengan gugup dan meminta tumpangan ke kota terdekat. Ia tampak mengalami masalah yang berat dan ia terlihat seperti belum tidur selama berhari-hari. Engkau mencoba memulai percakapan dan ia menjawab dengan sopan bahwa ia sedang tidak ingin berbicara saat ini. Engkau akhirnya memutuskan untuk diam dan memusatkan perhatianmu pada urusan mengemudi.

Ketika memasuki kota, kau menghentikan mobilmu dan ia keluar

�Aku tak punya uang, namun ...� ia melepaskan kalung yang sebelumnya tak kau sadari tengah ia kenakan, �Aku nomor lima.�

Ia menyerahkan kalung itu kepadamu. Kalung itu terlihat tua, seperti berasal dari masa kolonial dengan sebuah siluet terlihat di tengah. Kau tak bisa melihat dengan jelas sebenarnya siluet apakah itu, sebab gambar itu telah tergerus sebagian. Engkau mendongak dan melihat pemuda itu berlari menjauhimu dengan tergesa-gesa. Kau mulai merasa aneh dan berpikir, seharusnya tadi engkau tak memberinya tumpangan.

Engkau melanjutkan hidupmu dan pada akhirnya melupakan peristiwa itu.

Engkau mungkin tak ingat kapan semua ini dimulai, namun hal-hal aneh mulai terjadi. Kau kehilangan barang-barangmu dan menemukannya di tempat-tempat dimana kau ingat tak pernah meletakkannya di sana. Kau mulai melihat seorang gadis aneh bertudung merah yang belum pernah kau lihat sebelumnya. Ia menatapmu terus-menerus ketika kau naik bus pada pagi hari. Rasa takut mulai menenuhi hatimu, namun kau tak pernah tahu apa sebabnya. Kau menemukan sebuah noda hitam di atas dinding dapurmu. Teman-temanmu mulai terlihat lebih pendiam bila berada di sekitarmu.

Tidurmu sering terganggu. Engkau sering terbangun di tengah malam dan tanpa alasan yang jelas, merasa takut akan sesuatu. Burung-burung gagak mulai berkumpul di sekitar rumahmu, tempat kerjamu, bahkan engkau melihat mereka dimana-mana. Mereka tidak berkaok maupun terbang mengelilingimu. Mereka hanya diam, mengawasimu. Kau mulai menemukan rambut hitam yang panjang di lubang pembuangan kamar mandimu. Kau tinggal sendiri dan rambutmu selalu kau potong pendek.

Suatu hari ketika kamu pulang, kamu menemukan cermin di rumahmu telah retak. Cermin itu masih bergantung di dinding dan tak mungkin pecah begitu saja saat kau sedang tak ada di rumah. Rumahmu mulai berbau aneh, namun kau tak bisa menebak, bau apa itu. Ibumu menelepon dan bertanya apakah kau baik-baik saja. Engkau ingin memberitahukannya mengenai kejadian-kejadian aneh yang menimpamu, namun kau mengurungkannya. Kau takut akan terdengar seperti orang aneh. Maka kaupun menutup telepon itu tanpa menceritakan yang sebenarnya. Kau menatap keluar jendela, dan tanpa kau sadari, hari sudah menjadi gelap, sangat cepat.

Dapurmu mulai berbau kurang menyenangkan dan kau menyadari bahwa noda hitam di atas dapurmu sudah semakin membesar. Kau mendengar suara, seperti bisikan yang sangat pelan. Kau mengabaikannya dan berusaha membersihkan noda itu sebelum semakin meluas nantinya. Kau mencari di buku telepon, alamat perusahaan yang bisa membersihkan noda itu.

Kalung yang berada di lehermu mulai gatal, kalung yang diberikan penumpan misterius itu. Kau melepaskannya dan meletakkannya di meja. Namun kemudian kau menyadari bahwa kalung itu tiba-tiba kembali terlingkar di lehermu. Kau mulai berpikir bahwa ini semua hanya imajinasimu saja dan kau berusaha melupakannya. Rambut-rambut hitam panjang kembali tersapu air ke lubang pembuangan, bahkan hampir menyumbatnya.

Noda di dapur itu seakan tumbuh dan bau di dapurmu seakan merusak semua aroma makanan yang kamu masak. Namun kau selalu saja lupa memanggil orang untuk membersihkannya. Karena tak bisa lagi menggunakan dapurmu. Kau mulai menyimpan makanan di kamar tidurmu. Dan tiap kali melewati dapur, kau mendengar suara bisikan yang sangat pelan.

Kau memutuskan keluar rumah dan berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalmu. Semua orang yang melewatimu bertingkah aneh. Kau merasa melihat gadis bertudung merah itu lagi. Selain burung-burung gagak itu, kau tak melihat ada jenis-jenis burung yang lain. Sebuah mobil hampir menyerempetmu dan akhirnya menabrak pohon. Kau segera menghampirinya untuk memastikan pengendaranya baik-baik saja. Namun begitu kau melongok ke dalam, tak ada siapapun di sana. Mobil itu kosong. Kau kemudian menyadari, mobil itu sangat mirip dengan mobilmu. Modelnya sama, warnanya sama, bahkan ada noda yang sama di kursi belakangnya, noda yang tak pernah bisa kau bersihkan dari dalam mobilmu. Burung-burung gagak itu kini mulai mendekatimu dan keheningan mereka seakan mengejekmu ketika kau berusaha mengusir mereka pergi.

Kau tak melihat siapapun lagi. Sudah berminggu-minggu sejak kau terakhir menjawab telepon. Deringnya terdengar semakin jarang dan jarang. Kamarmu mulai berbau busuk. Suara bisikan itu menjadi semakin jelas. Kau terbangun dengan luka-luka aneh di sekujur tubuhmu. Luka-luka itu terlihat seperti gigitan manusia. Kau sudah tak mampu lagi membedakan mana yang realita dan mana yang khayalan. Kau tak pernah pergi ke dapur. Baunya kini sudah memenuhi rumahmu. Kau menemukan rambut hitam dimana-mana. Kau tak ingin meninggalkan rumahmu. Mungkin kau sudah terbiasa dengan semua ini.

Kau terbangun dari tidurmu karena mendengar suara-suara. Bisikan-bisikan itu mulai terdengar seperti mengucapkan kata, bahkan kalimat pendek. Mereka membicarakan tentangmu. Hari sangat gelap. Kau tak berani membuka matamu. Kau masih bisa mencium bau busuk di dalam kamarmu. Terdengar suara seperti perabotan berat diseret di atas lantai. Kau hanya berbaring di sana, dengan mata terpejam erat. Sejam berlalu. Dua jam. Tiga jam. Tak ada apapun yang terjadi.

Kau tidak bisa berpikir dengan jernih lagi karena kurang tidur. Namun akhirnya kau mendapatkan ide. Ya. Tentu saja! Kau mulai bangun, mengenakan sepatumu, dan berkeliling kota. Kamu berjalan di samping jalan raya. Kau hendak menumpang. Sebuah mobil berhenti, namun sang pengendara tampak merasa tak nyaman melihatmu. Namun untuk alasan yang ia sendiri tak tahu, ia akhirnya membiarkanmu naik. Ia menanyakan namamu. Ketika mobil mulai berjalan, kau berusaha menahan tawamu dan menjawab.

�Aku nomor enam.�

Tidak ada komentar:

Posting Komentar