LAUNDRY NIGHT
MALAM MENCUCI
Anna adalah gadis manis berusia 17 tahun. Ia keluar dari kamar apartemen keluarganya, memegang sebuah keranjang cucian berwarna ungu, penuh dengan pakaian kotor ibunya. Ia berjalan menuruni tangga menuju satu-satunya mesin cuci yang bekerja di gedung berlantai dua itu. Ia memiliki sedikit uang receh di kantong celana jeans birunya, sekitar $ 1,25 untuk cuciannya. Ia menaruh semuanya di dalam mesin cuci sambil mengigit bibirnya, berharap benda ini tak rusak seperti saat terakhir kali ia menggunakannya. Mesin itu bekerja. Cuciannya tampak berputar-putar di dalamnya, mengeluarkan suara deruman di tengah keheningan malam. Dia berjalan kembali ke kamar apartemennya sambil melihat sekeliling. Entah mengapa, ia merasa ada yang aneh dengan semua keheningan ini. Saat itu pukul 7.22 malam.
Pukul 8.15 malam, ia kembali dan mengeluarkan cuciannya. Ia mematikan mesin cuci tua itu dan berganti menyalakan mesin pengering. Kali ini ia bahkan bertambah takut. Suasana di luar gelap gulita dan tak sedikitpun terdengar suara dari penghuni apartemen yang lain. Ini sangatlah ganjil. Dia melirik ke arah pintu yang tadi ia lewati. Ia terkejut ketika ia merasa melihat sebuah bayangan hitam di belakang pintu itu. Padahal seharusnya tak ada siapapun di sana kecuali dirinya. Ia segera berjalan kembali ke kamarnya, kali ini dengan langkah tergesa-gesa.
Pukul 9.30 malam. Ia tahu seharusnya dia tidak kembali lagi ke sana malam itu, namun tak ada pilihan lain. Ia harus mengambil kembali cuciannya. Walaupun merasa ketakutan, ia mencari bayangan hitam itu di pintu dan lorong yang ia lewati. Namun ia tak melihat apapun. Mungkin saja ia hanya berimajinasi tadi. Rasa takut masih membanjiri hatinya. Jantungnya bergedup amat kencang. Langkahnya terhenti. Ia seperti melihat sesuatu mengawasinya. Apa itu?
Tak ada. Tak ada apapun di sana. Ia berusaha meyakinkan dirinya dan kembali ke kamarnya. Seharusnya ia tak perlu khawatir. Tak ada hantu menakutkan yang bersembunyi di lorong apartemennya. Tak ada monster mengerikan yang menunggu untuk menerkamnya. Tak ada pembunuh yang mengintainya di balik pintu. Hanya ada kegelapan malam. Dan aku.
*Jika belum mengerti makna cerita ini, baca baik-baik kalimat terakhir*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar